Wayang Suluh tergolong wayang modern, karena baru tercipta setelah zaman kemerdekaan. Wayang ini dimaksudkan sebagai media penerangan mengenai sejarah perjuangan bangsa. Karena itu, di antara tokoh peraganya, antara lain terdapat Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo, Syahrir, dan Jenderal Sudirman. Penggambaran tokoh Wayang Suluh dibuat realistik.
Aneka Wayang
Diduga, karena “beban” misi penerangan yang terlampau berat dan bahan cerita yang terlalu bersifat sejarah, membuat Wayang Suluh tidak dapat berkembang seperti diharapkan.
Wayang Wahyu mempunyai bentuk peraga wayang terbuat dari kulit, tetapi corak tatahan dan sunggingannya agak naturalistik.
Wayang ini mengambil lakon dari cerita Injil, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Bahasa pengantarnya, bahasa Jawa. Di antara lakonnya, antara lain adalah Samson Ian Delilah, dan David Ian Goliat.
Pergelaran Wayang wahyu hampir serupa dengan Wayang Kulit Purwa, diiring oleh seperangkat gamelan dan pesinden, kelir dan gedebog. Para dalangnya pun pada umumnya juga merangkap sebagai dalang Wayang Kulit Purwa.
Perkembangan Wayang Wahyu amat terbatas pada lingkungan masyarakat beragama Katolik, itu pun yang berasal dari suku bangsa Jawa. Padahal, tidak semua orang Jawa menyukai wayang. Dengan demikian Wayang Wahyu praktis tidak berkembang.
Wayang Gedog yang dicipta oleh Sunan Giri di tandai candra sengkala Gegamaning Naga Kinaryeng Bathara: 1485 caka (1568 M). Wayang ini amat mirip dengan Wayang Kulit Purwa, tetapi mengambil lakon dari cerita-cerita Panji. Itulah sebabnya, sebagian orang menamakan Wayang Gedog ini Wayang Panji.
Di antara tokoh-tokoh ceritanya, antara lain adalah Prabu Lembu Hamiluhur, Prabu Klana Madukusuma, dan Raden Gunungsari.
Wayang ini, boleh dibilang sudah punah. Hanya sisa-sisa peraganya saja yang masih bisa dilihat di beberapa museum dan Keraton Surakarta.
Wayang Kancil, termasuk wayang moderen, diciptakan tahun 1925 oleh seorang keturunan Cina bernama Bo Liem.
Wayang yang juga terbuat dari kulit itu, menggunakan tokoh peraga binatang, dibuat dan disungging oleh Lie To Hien. Cerita untuk lakon-lakon para Wayang Kancil diambil dari Kitab Serat Kancil Kridamartana karangan Raden Panji Natarata.
Wayang Kancil termasuk di antara jenis wayang yang tidak berkembang, meskipun seorang seniman, yakni Iedjar Subroto tetap berusaha mempopulerkannya.
Wayang Potehi menceritakan kisah-kisah dari negeri Cina, di antaranya Si Jin Kui, Sam Pek Eng Thay. Pertunjukan Wayang Potehi tidak diiringi oleh gamelan, melainkan sejenis musik yang disebut gubar-gubar, biola, dan tik-tok.
Wayang Kedek adalah nama Wayang Kelantan, Malaysia. Menurut J. Cuisinier Wayang Kelantan (Malaysia) berasal dari Jawa, dengan alasan bahwa repertoarnya dari Mahabarata versi Jawa dan siklus Panji. Menurut Van Stein Callenfels bahwa Wayang Kelantan berasal dari Jawa, lalu dibawa ke Thailand dan Kamboja. Wayang Ku1it Thailand dibawa ke Kelantan sehingga keduanya memiliki bentuk wayang yang serupa.
Wayang Kelantan terbuat dari kulit sapi, dipahat dan disungging. Bentuk figurnya dilengkapi dengan pakaian, mahkota, senjata dan lain sebagainya. Bentuk figur Wayang Kedek pada umumnya tangan kiri menjadi satu dengan badannya, kecuali tokoh Pak Dogah (Semar) kedua tangannya dibuat bergerak (terlepas dari badannya). Di daerah Kelantan terdapat dua jenis wayang yakni: Wayang Melayu dan Nang Siam.- Nang Siam juga disebut Wayang Kedek yang bentuk figurnya kena pengaruh dari Siam. Sedangkan Wayang Melayu teknis pertunjukannya, figurnya repertoar mengikuti tradisi Wayang Kulit Jawa maka disebut Wayang Jawa.
Repertoar Wayang Kedek mengambil dari serat Ramayana dan yang paling populer Hikayat Seri Rama versi Malaysia. Sedangkan wayang Jawa mengambil cerita dari Mahabarata, dan bagi orang melayu, menyebut Hikayat Pendawa dan dari sikulus Panji. Perlengkapan pertunjukan hampir sama dengan Wayang Kulit Purwa Jawa yaitu menggunakan kele (kelir), lampu pelita (blencong Jawa), kepyak, kothak (cempala Jawa). Penyajian Wayang Kedek diiringi ansambel musik yang instrumennya terdiri dari: serum (suling), gedombak dan geduk (tambur), Lukmong (gong kecil) kecing/canang (gong). Sedangkan Wayang Melayu (Jawa) diiringi musik yang ricikkannya terdiri dari: satu rancak bonang horizontal, dua gendang, saw simbal, canang dan -rehab.
Pertunjukan Wayang Kedek diselenggarakan untuk menyertai upacara lingkaran hidup manusia, dan penyajiannya dibuatkan tempat tersendiri yang disebut panggong. Sedangkan penontonnya di luar panggung, serta sebelum perlunjukan dimulai selalu diawali dengan upacara pembukaan yang disebut buka panggong, yaitu dalang melakukan penghormatan terhadap tanah, air dan api yang memiliki kekuatan gaib agar memberikan bantuan kepada dalang selama pementasan berlangsung. Pertunjukan Wayang Kedek yang menyertai upacara perkawinan, khitanan, kelahiran, panenan berlangsung selama 3 – 5 hari dimulai dari jam 21.00 dan berakhir pada jam 24.00. Pada malam akhir pertunjukan dilakukan upacara penutupan yang disebut Lepas Permainan.
Para penonton Wayang Kedek di Kelantan laki-laki dan perempuan selalu terpisah. Apakah itu suatu naluri kultus matahari dan bulan yang kuna atau hanya adat sopan santun yang lahir dari pengaruh Islam. Laki-laki di sisi kiri dan perempuan di sisi kanan, dan mereka duduk di luar panggung. Sebelum pertunjukan wayang di mulai, boneka wayang dijajar (di simping), di sebelah kanan di tancapkan boneka wayang dari kelompok dunia atas seperti para dewa Hindu beserta pengikutnya. Sedangkan di tengah layar ditancapkan tokoh To’ Mahasiku (dukun), Pohon Beringin (gunungan), Pa’ Dogah (Semar) dan raja Seri Rama.